top of page

Gaya Kepemimpinan yang Efektif untuk Budaya Inovasi

Pandemi memaksa setiap organisasi untuk melakukan inovasi, bahkan menerapkan budaya inovasi menjadi keharusan agar bisnis tetap aman di kala krisis saat ini. Agar budaya inovasi tetap terjaga dan terus berkembang pada sebuah organisasi maka diperlukan pemimpin yang bisa menjaga dan melestarikan budaya inovasi. Namun, pemimpin dengan gaya yang seperti apa yang diperlukan untuk untuk membina budaya inovasi? Sebelum menentukan gaya kepemimpinan yang paling efektif untuk budaya inovasi, sebaiknya kita harus memahami dahulu tentang apa yang membedakan pekerjaan inovasi dengan pekerjaan biasa.

Pertama, secara umum pekerjaan inovasi melibatkan 2 proses utama, yaitu penghasilan ide (atau disebut juga proses kreatif) dan implementasi ide, dan kedua proses ini membutuhkan pola kerja yang sangat berbeda. Proses kreatif membutuhkan kita untuk berpikir outside the box, melakukan sesuatu yang baru dan berbeda dari kebiasaan, eksperimentasi, dan aktivitas lainnya yang membutuhkan pola kerja ekploratif. Sedangkan proses implementasi ide membutuhkan kita untuk berpikir efisien, berorientasi pada gol, eksekusi sesuai peraturan, dan aktivitas lainnya yang membutuhkan pola kerja eksploitatif. Jadi ini adalah perbedaan pertama antara pekerjaan inovasi dan pekerjaan biasa.

Perbedaan kedua adalah bahwa pekerjaan inovasi itu sifatnya kompleks dan tidak linear, yang mana membutuhkan Anda untuk mampu berseling antara pola kerja eksploratif dan eksploitatif sesuai kebutuhan situasi. Namun proses inovasi sangatlah unpredictable, sehingga Anda harus siap berseling kapan pun atau bahkan secara bersamaan bekerja secara eksploratif dan ekploitatif. Menantang bukan? Dan tantangan ini bukan hanya berlaku untuk leader tetapi semua anggota tim yang menjalankan proses inovasi.

Mempertimbangkan tantangan pekerjaan inovasi, dalam jurnal Leadership Quarterly, Kathrin Rosing dkk merumuskan gaya kepemimpinan yang disebut ‘Ambidextrous Leadership’. Konsep utamanya berasal dari kata Ambidexterity, yaitu kemampuan seseorang untuk menggunakan kedua tangan kanan dan kirinya dengan baik. Jadi agar sukses membina budaya inovasi, dibutuhkan pemimpin yang Ambidextrous, yakni mampu melakukan 3 hal berikut:

Membina Pola Kerja Eksploratif


Terutama saat pekerjaan kreatif, pemimpin perlu mampu mempraktikan perilaku-perilaku yang mendorong tim untuk bekerja secara eksploratif. Perilaku-perlaku tersebut antara lain: mendorong tim untuk mencoba cara-cara baru dan bereksperimen, memberikan ruang untuk tim berpikir dan bertindak secara mandiri, dan mendukung upaya tim untuk men-challenge status quo dan mengambil risiko.


Membina Pola Kerja Eksploitatif


Terutama saat pekerjaan implementasi, pemimpin perlu mampu mempraktikan perilaku-perilaku yang mendorong tim untuk bekerja secara eksploitatif. Perilaku-perlaku tersebut antara lain: menetapkan rencana dan aturan main, memonitor pencapaian gol, dan memastikan execution excellence.


Fleksibilitas Berseling


Ambidextrous leader juga harus mampu berseling dengan tepat dan mulus antara perilaku leadership eksploratif dan eksploitatif kapan pun sesuai kebutuhan situasi, dan bahkan mengintegrasikan kedua perilaku secara bersamaan bila perlu. Sehingga tim juga mampu berseling antara pola kerja eksploratif dan eksploitatif dengan benar.


Demikianlah 3 kemampuan yang harus dimiliki seorang Ambidextrous Leader. Jadi bagi rekan-rekan leader yang ingin membina budaya inovasi, namun masih kebingungan mau se-bebas atau se-strict apa, maka sangat direkomendasikan untuk menerapkan gaya kepemimpinan Ambidextrous agar kegiatan inovasi tim Anda optimal dari segi kreativitas dan juga execution excellence.



Baca juga:




bottom of page