Bagi banyak karyawan, posisi karyawan tetap adalah sebuah kondisi aman yang sering membuat terlena. Sehingga, banyak karyawan yang cenderung santai setelah menjadi karyawan tetap. Padahal, di tahun 2022 kemarin banyak perusahaan besar hingga startup melakukan PHK kepada karyawannya. Untuk bisa tetap bertahan di perusahaan Anda harus adaptif dengan perubahan & agile.
Sebenarnya, cara kerja agile bukan hanya menguntungkan perusahaan saja. Lebih dari itu, cara kerja agile juga memberikan manfaat bagi pelakunya. Baik secara perkembangan kemampuan hingga perkembangan karier. Karyawan yang menjalankan cara kerja agile cenderung memiliki karier yang lebih baik dan berkembang.
Tapi, mungkinkah mengetahui apakah seseorang sudah agile atau belum? Atau mungkinkah mengetahui apakah Anda sudah agile atau belum?
Bagaimana Mengetahui Anda Sudah Agile?
Untuk mengetahui apakah Anda sudah agile, Anda bisa mulai dari 3 esensi agile, yaitu customer centric, collaborative, dan cadence.
1. Apakah Anda Mengetahui Siapa Customer Anda?
Hal paling mendasar dari agile adalah customer atau pelanggan Anda. Jika Anda tidak mengetahui siapa customer Anda, besar kemungkinan bahwa Anda masih belum menjalankan agile. Dan jika Anda bisa menyebutkan siapa customer Anda, maka Anda sudah ada di tahap awal agile.
Semakin detail dan rinci penggambaran Anda mengenai customer, maka semakin besar juga kemungkinan Anda sudah menjalankan agile.
2. Bagaimana Kedekatan dengan Customer?
Selain customer, value adalah hal penting lainnya dalam penerapan agile. Karena itu, Anda perlu mengetahui apa yang menjadi value customer, ekspektasi yang diharapkan, dan feedback atas pekerjaan Anda. Untuk mendapatkan hal ini, kedekatan dengan customer adalah kunci penting lainnya.
Penerapan agile dapat berjalan dengan baik jika Anda memiliki kedekatan dengan customer. Dengan begitu, Anda bisa lebih santai saat berinteraksi langsung untuk menggali value yang dimiliki customer.
3. Bagaimana Sikap Anda Terhadap Masukan dan Evaluasi?
Indikator lain untuk mengetahui apakah Anda sudah agile atau belum adalah sikap terhadap masukan dan evaluasi. Seseorang yang menerapkan agile cenderung memiliki pikiran yang terbuka, tidak sok tahu, dan tidak mudah tersinggung.
Karena dalam agile, feedback dari customer, fleksibilitas, dan kemauan berkembang adalah hal yang penting. Pikiran yang tertutup, sikap sok tahu, dan mudah tersinggung adalah hambatan besar yang membuat Anda sulit melihat sesuatu secara objektif.
Bagaimana Memulai Agile?
Mengubah cara kerja tradisional menjadi cara kerja agile tentu saja membutuhkan proses. Anda tidak bisa mengubah cara kerja Anda dalam sekejap. Apalagi kalau management tidak mendukung. Karena itu, Anda bisa mulai dari project yang paling mudah dan paling minim risiko.
Sebagai contoh, Anda bisa mulai menerapkan agile dalam kehidupan sehari-hari. Pilih orang yang secara struktur atau secara emosional cukup dekat dengan Anda sebagai customer. Namun, pastikan orang tersebut adalah orang yang mendapat value dari pekerjaan Anda.
Sebagai contoh, jika Anda adalah seorang admin, Anda bisa memilih rekan kerja yang seorang analis sebagai customer.
Dengan begitu, Anda bisa lebih mudah mendapatkan feedback dan evaluasi. Sedangkan untuk kehidupan sehari-hari, Anda bisa menjadikan pasangan, orang tua, mertua, bahkan tetangga sebagai customer Anda.
Dengan memulai dari yang termudah, Anda akan terbiasa menerapkan cara kerja agile. Sehingga, Anda siap menjalankan cara kerja agile di level yang lebih sulit secara bertahap. Jadi, tunggu apalagi? Yuk, langsung praktik agile sekarang di pekerjaan maupun di rumah!
Apabila rekan-rekan memiliki pertanyaan atau kegelisahan tentang agile, misal Anda sudah praktikkan agile di perusahaan tapi kenapa tetap tidak berhasil? Atau permasalahan agile lainnya. Silakan kirim pertanyaan Anda kesini. InsyaAllah, saya akan menjawab pertanyaan Anda tentang agile sesuai pengalaman saya mendampingi para talenta perusahaan menerapkan agile di kantornya. Saya tunggu pertanyaan Anda!
good one