top of page

Apakah Anda Sudah Berinovasi dengan Benar?

Sepanjang pandemi ini banyak hal yang berubah. Baik dalam lingkup bisnis, karir, atau pekerjaan di perusahaan. Menanggapi perubahan ini, ada orang yang akhirnya serius melakukan inovasi. Seperti mencari cara atau jalan baru untuk menyelesaikan target atau pekerjaan yang dilakukannya.


Akan tetapi, tidak semua orang melakukan hal ini. Ada sebagian orang lagi yang masih wait and see. Alih-alih berinovasi, mereka cenderung menyelesaikan pekerjaan dengan cara lama. Ada beberapa faktor yang membuat hal ini terjadi. Yang paling umum adalah karena bingung, tidak tahu, atau tidak percaya diri.


Bagaimana Cara Berinovasi?


Banyak orang yang merasa kalau mereka bisa berinovasi atau memiliki banyak ide. Tapi, apa benar memiliki ide sama dengan berinovasi? Bagaimana caranya berinovasi? Atau bagaimana cara berinovasi yang tepat?


Pada dasarnya, inovasi bukan hanya sekedar memiliki ide. Ada beberapa trik yang bisa Anda pelajari untuk berinovasi. Trik ini bisa digunakan untuk Anda yang akan berinovasi atau ingin menyempurnakan inovasi yang dilakukannya.


Back to Basic: Mentalitas


Sebelum memulai inovasi, hal pertama yang perlu Anda pahami adalah dasar-dasar berinovasi. Dengan kembali ke basic, hal-hal lainnya akan menjadi lebih mudah. Dasar yang tepat bukan hanya membantu Anda berinovasi, tapi juga memungkinkan Anda melakukan automasi.


Dalam lingkup inovasi, berikut ini adalah dasar-dasar yang perlu Anda pahami:


1. Mode Survival vs Mode Inovasi


Salah satu dasar utama dalam inovasi adalah mentalitas yang dimiliki. Sebagai contoh, dalam kasus pandemi umumnya orang terbagi menjadi dua mode. Yang pertama adalah mode survival dan yang kedua adalah mode inovasi.


Orang yang berada di mode survival cenderung menunggu hingga pandemi selesai. Karena itu, mereka melakukan pekerjaan dengan cara yang sama. Dengan harapan, setelah pandemi berakhir semuanya akan kembali seperti semula. Dan cara-cara lama bisa tetap relevan.



Sedangkan orang yang berada di mode inovasi menerima kondisi pandemi dan beradaptasi dengannya. Mereka memahami bahwa setelah pandemi selesai, banyak hal yang akan berubah. Karena itu, mereka harus mencari cara baru yang lebih cepat, lebih murah, dan lebih baik.


2. Terjebak dalam Asumsi


Banyak orang yang menganggap bahwa inovasi adalah sesuatu yang besar dan rumit. Seperti teknologi, aplikasi, marketplace, dan lain-lain. Asumsi seperti ini justru kontraproduktif dengan inovasi itu sendiri.


Sebelum melakukan inovasi, Anda perlu memahami perbedaan antara inovasi dan tools yang digunakan. Aplikasi, marketplace, teknologi, dan hal-hal semacam itu hanyalah sekedar alat. Inovasi sesungguhnya bisa tetap Anda lakukan dengan tools ataupun tanpa tools tersebut.


3. Keinginan Untuk Berubah


Mentalitas lain yang perlu dimiliki seorang inovator adalah keinginan untuk berubah. Banyak inovasi yang lahir karena keinginan untuk berubah atau memberikan kemudahan. Sebagai contoh, inovasi ojeg online yang secara perlahan menggeser manfaat ojeg pangkalan.


Untuk menggunakan jasa ojeg pangkalan, Anda perlu berjalan jauh dulu ke pangkalan ojeg. Kadang kala, belum tentu ada ojeg yang tersedia di sana, sehingga Anda perlu menunggu lama. Selain itu, jika Anda datang ke tempat baru, Anda mungkin tidak tahu dimana lokasi pangkalan ojeg. Atau, tarif ojeg pangkalan yang tidak memiliki standar bisa menjadi masalah pada beberapa orang.



Dahulu, hal-hal tersebut mungkin terlihat tidak masalah. Bahkan bisa jadi, ketika ada orang yang mengeluhkan hal tersebut, orang lain justru menganggapnya sebagai hal yang aneh. Namun, seorang inovator mampu melihat potensi inovasi dari hal tersebut.

Jadi, alih-alih menerima kondisi apa adanya, seorang inovator memiliki keinginan untuk berubah. Dengan sudut pandang ini, maka seseorang dapat memberikan solusi, menghasilkan inovasi, dan bahkan mengubah cara hidup banyak orang.


220 views0 comments

Recent Posts

See All

Comments


bottom of page