top of page

Cara Merangkul Keberagaman Generasi dalam Menjalankan Inovasi di Perusahaan



Menjalankan program inovasi di perusahaan yang mayoritas karyawannya datang dari generasi millenial itu asyik banget. Mereka alamiah sekali. Ibarat ikan disuruh berenang. Selama desain program dan lingkungan yang kita hadirkan tepat, mereka akan mengagetkan Anda dengan ide-ide brilian mereka yang out of the box. Almost without any significant efforts.


Tapi bagaimana jika karyawan di perusahaan Anda mayoritas datang dari Generasi X dan bahkan sebagian Baby Boomer? ”Hanya 15% karyawan di perusahaan saya yang millenial”, kata seorang peserta seminar. “Perusahaan Anda bergerak dalam industri apa pak?”, tanya saya. “Manufacturing”, jawabnya. Hmm, gumam saya. Memang banyak perusahaan manufacturing yang saat ini ‘miskin’ millenial, walau tidak semua tentunya.


"Kedua kelompok karyawan ini 'nggak akur", jelasnya. "Millenials vs old Xs. Cara berpikir, cara kerja, cara pandang mereka seperti langit dan bumi. Bagaimana saya bisa membuat mereka semua berinovasi?"

"Ada dua model program inovasi yang bisa Anda lakukan", jawab saya. "Model pertama, kita buat dua projek inovasi yang berbeda untuk masing-masing kelompok karyawan itu. Model kedua, kita gabungkan keduanya. Pilih mana yang paling memungkinkan."


"Dalam model pertama, kelompok millenial kita desainkan projek inovasi yang bersifat eksploratif. Seperti menciptakan produk atau layanan baru. Atau menemukan pasar baru potensial. Sementara untuk kelompok Xs kita buatkan projek inovasi yang sifatnya eksploitatif. Bagaimana cara meningkatkan kualitas? Menambah pemasukan? Mengurangi biaya?


Dengan model ini, maka program inovasi yang berjalan akan relatif 'aman'. Tidak ada tubrukan geerasi dan proses kerja. Masing-masing kelompok bergerak sesuai dengan sifat alaminya masing-masing. Hanya saja, karena harus dibuatkan dua projek maka biayanya jadi lebih besar, baik secara finansial maupun jumlah energi yang dikeluarkan.


Nah untuk model kedua, hanya ada satu projek inovasi yang dijalankan. Dalam projek itu kelompok millenial akan bekerja bersama-sama dengan kelompok Xs. Harapannya, perbedaan diantara mereka justru bisa menghasilkan inovasi yang lebih baik. Millenials berkontribusi dengan menggunakan daya dobrak dan imajinasinya, sementara Xs memanfaatkan pengalaman dan wisdom mereka.

Kalau Anda memilih model kedua ini, pastikan Anda punya 'Innovation Champion' yang bisa 'mengendalikan' kedua kelompok itu dengan baik. Ia menjadi perekat sekaligus memfasilitasi dan mengelola tubrukan pikiran dan gaya kerja kedua kelompok. Tanpa adanya champion ini, dikhawatirkan cost nya terlalu tinggi dan morale tim akan rusak."


Bapak itu mengangguk-angguk setuju. Kami kemudian bertukar nomor telepon. Sepertinya akan ada projek inovasi yang difasilitasi CIAS nantinya.



Recent Posts

See All
bottom of page