top of page
  • Writer's pictureCIAS

Cara Grab Disrupsi Industri Transportasi dengan Design Thinking

Updated: May 26, 2023



Dalam persaingan bisnis yang begitu sengit, perusahaan harus menghadirkan produk yang solutif bagi pelanggan. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan adalah dengan menerapkan desain berpikir, atau yang lebih dikenal dengan design thinking. Nyatanya, masih banyak perusahaan di Indonesia yang gagal menerapkan design thinking, dan akibatnya produk yang dihasilkan tidak menjawab masalah yang dihadapi oleh pelanggan. Untuk lebih memahami bagaimana design thinking dapat berhasil, kita dapat belajar dari Grab, perusahaan raksasa dalam industri transportasi yang telah berhasil mendisrupsi pasar dengan pendekatan ini.


Grab merupakan salah satu perusahaan teknologi yang berbasis di Asia Tenggara dan beroperasi di berbagai negara, termasuk Indonesia. Grab awalnya berdiri pada tahun 2012 di Malaysia sebagai layanan pemesanan taksi secara online. Namun, perusahaan ini tidak hanya berhenti pada itu saja. Grab terus berkembang dan berevolusi menjadi platform yang menyediakan berbagai layanan transportasi dan logistik, seperti ojek online, pemesanan makanan, pengiriman barang, dan banyak lagi.



Kisah sukses Grab dimulai pada tahun 2011-2012, ketika para pendiri Grab menyadari bahwa banyak orang, terutama wanita, sering mengalami pengalaman buruk saat naik taksi di malam hari. Hal ini merupakan masalah nyata yang dihadapi oleh banyak orang, dan Grab melihat peluang untuk mengatasinya. Inilah awal dari penerapan design thinking oleh Grab.


Design thinking dimulai dengan empati, yakni memahami masalah pelanggan. Grab memulai dengan menggali lebih dalam mengenai masalah yang dihadapi oleh para penumpang wanita saat naik taksi di malam hari. Mereka berbicara dengan penumpang, mengumpulkan data, dan mendengarkan cerita pengalaman buruk yang pernah dialami. Dengan pemahaman yang mendalam tentang masalah tersebut, Grab dapat merumuskan solusi yang tepat.


Selanjutnya, Grab mengembangkan Minimum Viable Product (MVP), sebuah produk yang memberikan nilai kepada pelanggan. Dalam hal ini, Grab menciptakan platform untuk memesan taksi dengan sopir terverifikasi dan dapat dilacak secara real-time. Tujuan utama adalah memberikan rasa aman dan kepercayaan kepada penumpang wanita, serta meningkatkan kualitas layanan secara keseluruhan.


Pada tahap prototipe, Grab mengeksplorasi solusi-solusi yang diusulkan. Mereka menguji berbagai konsep dan desain, serta melakukan iterasi berulang kali untuk memastikan bahwa solusi yang dihasilkan memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan. Dalam hal ini, Grab memilih untuk menggunakan aplikasi seluler sebagai platform utama, mengingat tingginya penetrasi penggunaan internet di Asia Tenggara.


Setelah proses prototipe selesai, Grab melanjutkan ke tahap pengujian dengan memvalidasi produk yang telah mereka kembangkan. Mereka mengukur kinerja bisnis, mengembangkan produk secara iteratif, dan terus menerima umpan balik dari pengguna. Dalam proses ini, Grab berfokus pada peningkatan pengalaman pengguna dan mengoptimalkan solusi yang mereka tawarkan.


Melalui pendekatan design thinking, Grab berhasil menciptakan aplikasi yang merevolusi pengalaman transportasi di Asia Tenggara. Dengan mengutamakan empati terhadap masalah pelanggan, menciptakan solusi yang memberikan nilai tambah, dan melibatkan pengguna dalam proses pengembangan, Grab berhasil meraih kesuksesan yang luar biasa.



Desain berpikir tidak hanya membantu Grab untuk menciptakan aplikasi yang sukses, tetapi juga menjadi fondasi bagi inovasi terus-menerus perusahaan. Grab terus melakukan riset, berkolaborasi dengan berbagai pihak, dan menggali lebih dalam kebutuhan pelanggan untuk menghadirkan solusi yang relevan dan terbaik. Hal ini menjadikan Grab sebagai pemain utama dalam industri transportasi di Asia Tenggara.


Penerapan design thinking oleh Grab memberikan pelajaran berharga bagi perusahaan lain, terutama di Indonesia, yang ingin mencapai kesuksesan dalam industri yang kompetitif. Melalui pendekatan ini, perusahaan dapat memahami secara mendalam masalah yang dihadapi oleh pelanggan, menciptakan solusi yang relevan, dan berinovasi secara terus-menerus untuk menjawab perubahan kebutuhan pasar.



Belum pernah menciptakan inovasi dengan design thinking dan ingin praktik langsung? Ikuti Design Thinking eXpress yang diselenggarakan oleh CIAS. Design Thinking eXpress adalah workshop selama 7 jam dengan kegiatan belajar langsung untuk membantu karyawan mempelajari dan mengalami proses inovasi menggunakan pendekatan Design Thinking.


Pengalaman langsung dalam menciptakan inovasi gaya Silicon Valley, secara cepat dan efektif. Pelajari empati pelanggan, definisikan masalah, temukan solusi alternatif, prototipe, dan uji solusi.


Nantinya, peserta dibagi menjadi beberapa tim. Setiap tim difasilitasi oleh seorang facilitator dari CIAS. Tim akan menghadapi masalah-masalah spesifik dari pelanggan nyata dan harus menyajikan solusi nyata menggunakan pendekatan Design Thinking. Ini adalah pengalaman belajar yang cepat, eksperimental, dan tanpa basa-basi. Daftarkan diri dan tim Anda disini.



Referensi:

  1. Brown, T. (2008). Design thinking. Harvard Business Review, 86(6), 84-92.

  2. Plattner, H., Meinel, C., & Leifer, L. (Eds.). (2011). Design thinking: Understand–improve–apply. Springer Science & Business Media.

  3. Liedtka, J., & Ogilvie, T. (2011). Designing for growth: A design thinking toolkit for managers. Columbia University Press.

  4. Kolko, J. (2015). Design thinking comes of age. Harvard Business Review, 93(9), 66-71.

  5. Tschimmel, K. (2012). Design thinking as an effective toolkit for innovation. In Proceedings of the XXIII ISPIM Conference: Action for Innovation: Innovating from Experience (pp. 1-12).

531 views0 comments

Recent Posts

See All
bottom of page