Design Thinking memang biasanya digunakan untuk inovasi, tetapi karena proses Design Thinking sangat fleksibel, Design Thinking juga mulai sering digunakan sebagai framework untuk continuous improvement. Ketika kita bicara soal continuous improvement, ada framework lain yang sudah lama menjadi standard, terutama untuk improvement kualitas, yaitu Lean Six Sigma. Lean Six Sigma sering dikenal juga dengan istilah ‘DMAIC’, yaitu acronym untuk tahapannya: Define, Measure, Analyze, Implement, Control. Konsep utama dibalik Lean Six Sigma ini ialah improvement proses atau produk melalui optimalisasi dengan mengurangi sebanyak mungkin error dan pemborosan, yakni menjadi lebih lean atau ramping.
Namun pada esensinya, seperti Design Thinking, Lean Six Sigma juga merupakan pendekatan kreatif, sistematis, dan iteratif untuk pemecahan masalah. Oleh karena itu, ada orang-orang yang ketika ingin melakukan improvement di tempat kerjanya bertanya, sebaiknya pakai Design Thinking atau Lean Six Sigma ya? Nah ini pertanyaan yang menarik. Sebelum kita jawab itu, sebaiknya kita pahami dahulu perbedaannya. Sebenarnya ada banyak perbedaannya, namun Pada artikel kali ini kita akan membahas tiga perbedaannya saja.
1. Contoh perbedaan pertama adalah fokusnya
Design Thinking berfokus pada subjeknya, yaitu user atau customer, sedangkan Lean Six Sigma berfokus pada objeknya, yaitu produk atau prosesnya. Artinya, seorang Design Thinker akan memulai proses improvement dengan memahami apa yang menjadi permasalahan usernya, sehingga pengguna Lean Six Sigma akan mulai dengan memahami permasalahan pada proses atau produknya, terutama dari segi error dan pemborosan. Oleh karena itu, arah improvement atau bentuk solusi akhirnya bisa sangat berbeda, karena seorang Design Thinker lebih memprioritaskan menjawab kebutuhan user yang belum terpenuhi sehingga tidak terpaku pada kerangka proses/produk yang sudah ada.
2. Contoh perbedaan kedua adalah keterlibatan customer dalam proses
Dengan Design Thinking, masalah dipecahkan bersama customer, sedangkan dengan lean six sigma, masalah dipecahkan untuk customer. Apa bedanya? Dalam proses Design Thinking, user sangat dilibatkan, informasi atau umpan balik yang didapat dari user menentukan permasalahan yang menjadi fokus improvement dan juga bagaimana solusi dikembangkan. Sedangkan dalam proses Lean Six Sigma, kita memang melakukan improvement atau optimalisasi untuk user, namun fokus improvement tersebut didasari asumsi bahwa apa yang diinginkan user adalah proses atau produk yang lebih lean. Jadi ‘untuk user’ yang dimaksud adalah dari sudut pandang kita, bukan user.
3. Contoh perbedaan ketiga adalah bagaimana solusi dikembangkan
Proses Design Thinking mengembangkan solusi ibaratnya dengan ‘tangan’, sedang proses Lean Six Sigma mengembangkan solusi dengan data. Yang dimaksud dengan tangan adalah seorang Design Thinker mengembangkan solusinya dengan membangun prototype konkrit untuk secara langsung diuji cobakan dengan customer. Sedangkan dalam proses Lean Six Sigma, solusi yang diimplementasikan dimonitor dan dikontrol menggunakan pengukuran-pengukuran, dan data kuantitatif yang didapat digunakan sebagai dasar untuk perbaikan.
Setelah memahami perbedaannya, sebaiknya pendekatan mana yang digunakan? Sebenarnya pertanyaan yang tepat adalah, kapan sebaiknya kedua pendekatan tersebut digunakan? Karena kedua pendekatan sudah terbukti sangat efektif untuk improvement, hanya saja tergantung konteks improvementnya. Dari tiga perbedaan yang dibahas tadi, kurang lebih bisa disimpulkan bahwa Design Thinking tepat untuk kasus improvement yang mana masih banyak misteri atau ketidakpastian terkait improvement yang disasar sehingga kita harus melibatkan user dengan lebih intens dan tidak bisa bergantung pada data kuantitatif saja. Di sisi lain, Lean Six Sigma sebaiknya diigunakan ketika yang disasar sudah jelas, yaitu optimalisasi kualitas dan efisiensi.
Belum pernah menciptakan inovasi dengan design thinking dan ingin praktik langsung? Ikuti Design Thinking eXpress yang diselenggarakan oleh CIAS. Design Thinking eXpress adalah workshop selama 7 jam dengan kegiatan belajar langsung untuk membantu karyawan mempelajari dan mengalami proses inovasi menggunakan pendekatan Design Thinking.
Pengalaman langsung dalam menciptakan inovasi gaya Silicon Valley, secara cepat dan efektif. Pelajari empati pelanggan, definisikan masalah, temukan solusi alternatif, prototipe, dan uji solusi.
Nantinya, peserta dibagi menjadi beberapa tim. Setiap tim difasilitasi oleh seorang facilitator dari CIAS. Tim akan menghadapi masalah-masalah spesifik dari pelanggan nyata dan harus menyajikan solusi nyata menggunakan pendekatan Design Thinking. Ini adalah pengalaman belajar yang cepat, eksperimental, dan tanpa basa-basi. Daftarkan diri dan tim Anda disini.
Comments