top of page

Cara INOVASI tanpa 'inovasi'

Bagaimana cara melakukan inovasi jika kita tidak boleh mengubah produk, layanan, proses atau model bisnisnya? Penasaran kan? Yuk kita simak jawabannya.

Sebelumnya saya selalu berpikir bahwa inovasi itu ya 'mengoprek' produk, layanan, proses atau model bisnis. Maka saya penasaran banget waktu mendengar Shilpa Krishnan, Director of Pedriatic Innovation di Abbot, mengajukan sebuah sebuah kasus menarik saat dia bicara di Chief Innovation Officer Summit yang saya ikuti di Singapura bulan Juni 2016.

Shilpa cerita, "Karena tuntutan pasar saat itu, saya harus menghasilkan sebuah inovasi dalam waktu dekat. Problemnya adalah produk baru masih di pipeline dan baru bisa keluar tiga tahun lagi. Sementara bagi perusahaan sebesar P&G tidak mudah untuk mengubah proses kerja, desain layanan apalagi model bisnisnya. Maka apa yang menurut Anda saya harus lakukan?".

Setelah beberapa saat ruangan hening, akhirnya dia menjawab pertanyaannya sendiri, "jawabnya adalah Commercial Innovation."


Commercial Innovation adalah sebuah inovasi dimana kita tidak mengubah bentuk maupun isi dari sebuah produk, melainkan mencari keunggulan dari produk yang ada (existing) yang belum terungkap, kemudian mengubah cara menyajikan produk tersebut, sehingga menarik untuk dibeli oleh pelanggan, baik pelanggan lama maupun pelanggan baru.

Shilpa mencontohkan. Produk dari kasus yang dia ceritakan diatas adalah Sampo Heads and Shoulders (HnS). Maka sambil menunggu produk inovatif baru keluar, ia melakukan dua kali Commercial Innovation.

Keunggulan yang selalu diangkat oleh HnS adalah bebas ketombe. Iklannya mengatakan bahwa pengguna HnS bisa "Bebas Ketombe hingga 100%".

Shilpa kemudian 'turun ke lapangan' untuk mendengar keluhan dan harapan pelanggan. Saat itu dia menemukan banyak pelanggan yang kesal karena setelah beberapa waktu menggunakan sampo bebas ketombe, ternyata ketombenya muncul lagi.

Shilpa bertanya pada bagian Product Development (RnD), "kenapa ketombe hilang 'HINGGA' 100% saja? bukan SELALU 100%?" Jawabnya RnD adalah karena pola dan cara penggunaan sampo para pengguna seringkali tidak tepat atau tidak konsisten, itu penyebab ketombe muncul lagi. Shilpa tanya lagi, "jika orang menggunakan sampo itu dengan cara tepat dan konsisten, bisakah dia bebas ketombe 100% untuk selamanya?". "Bisa", jawab RnD.


Tidak lama setelah itu muncul iklan sampo Heads And Shoulders: "Bebas Ketombe 100% Selamanya!" (ditambah notes: Ikuti tata cara penggunaan yang disebutkan dalam kemasan secara konsisten).

Produknya laris manis terjual. Orang-orang berbondong-bondong membeli, khususnya mereka yang tengah kesal karena ketombenya muncul lagi muncul lagi.

Satu tahun kemudian Shilpa perlu melakukan satu inovasi lagi sebelum produk baru muncul. Maka dia turun ke lapangan lagi. Shilpa menemukan bahwa citra sampo bebas ketombe itu seperti obat. Pelanggan ingin selain bebas ketombe, rambut mereka juga terlihat indah, terasa lembut dan harum.

Shilpa kembali menemui bagian RnD dan menemukan bahwa ternyata dalam produk HnS sudah ada bahan-bahan yang bisa membuat rambut indah, lembut dan harum, hanya saja selama ini hal itu tidak pernah dikomunikasikan secara khusus.

Tidak lama setelah itu muncul iklan Shampoo Heads And Shoulders: "Bebas Ketombe 100% Selamanya! See it, feel it, smell it."

Untuk kedua kalinya, tanpa mengubah apapun dari sisi produk, layanan, proses maupun model bisnis, P&G berhasil melakukan inovasi yang mendulang keuntungan untuk perusahaan.


Nah, apa pelajaran yang kita dapat dari Shilpa?

Turunlah 'ke lapangan'. Dengarkan suara pelanggan Anda, cari tahu apa keluhan dan keinginan mereka. Kemudian gali produk yang Anda miliki saat ini. Jangan-jangan produk Anda sudah punya keunggulan yang bisa memenuhi keinginan mereka. Maka yang perlu Anda lakukan adalah berikan 'kaca pembesar' pada keunggulan tersebut, kemudian komunikasikan habis-habisan.

Itulah INOVASI tanpa 'inovasi'. Silakan share tulisan ini jika bermanfaat.


1,179 views0 comments

Recent Posts

See All
bottom of page