top of page

Kenapa Harus Pakai Design Thinking?

Updated: Dec 7, 2021

Tentunya selain Design Thinking ada banyak sekali metode inovasi, tetapi kenapa kita harus pakai atau setidaknya mencoba Design Thinking? Banyak dari kita mungkin sering mendengar bagaimana Design Thinking berhasil mengeluarkan kreativitas karyawan secara utuh sehingga mampu menghasilkan inovasi yang radikal, namun mengapa bisa demikian? Secara fundamental, menurut pakar Design Thinking, Jeanne Liedtka, kekuatan utama Design Thinking adalah bagaimana metodologinya terancang untuk secara halus melawan kecenderungan-kecenderungan sifat manusia yang membatasi kreativitas dan proses inovasi.

man write on the glass board the idea of innovation

Berikut ilustrasi contoh untuk beberapa tahap Design Thinking;


Contohnya dalam tahap empathize, Design Thinking menggunakan metode riset kualitatif (seperti interview) dibanding kuantitatif (seperti survey) dengan tujuan untuk mendorong kita menggali kebutuhan customer lebih dalam. Karena saat melakukan riset kuantitatif ada kecenderungan untuk kita menjadi terpaku terhadap tren data yang jelas terlihat, yang mana biasanya hanya menunjukan kebutuhan customer di level permukaan, yaitu sebatas yang customer mampu ekspresikan. Sedangkan dengan metode riset kualitatif yang bersifat etnografi, kita mampu menggali kebutuhan customer yang lebih dalam, yang mana mereka sulit ekspresikan bila tidak kita gali. Kebutuhan tersembunyi inilah yang biasanya membuka pintu untuk inovasi radikal.

Contoh lagi, ideasi versi Design Thinking terlihat seperti dirancang dengan banyak mekanisme untuk melawan beberapa kecenderungan negatif kita saat berideasi. Misalnya saat diskusi ideasi secara tim, setiap orang melakukan ideasi secara individu dan tertulis dahulu dan kemudian setiap orang diberikan kesempatan untuk mengekspresikan idenya. Hal ini membuat diskusi lebih dinamis di mana tim bersama-sama mengolah banyak ide yang terkumpul secara kreatif. Tanpa proses ideasi individu terlebih dahulu, ada kecenderungan diskusinya hanya membahas sedikit ide dari orang-orang yang vokal dan berposisi tinggi dan cepat mengarah ke pembahasan implementasi sebelum ideasi dilakukan dengan maksimal.


Dalam tahap prototype, Design Thinking meminta kita untuk memulai dahulu dengan prototype murah dan sederhana yang masih sangat jauh dari hasil akhir. Hal ini untuk mencegah kecenderungkan kita untuk membuat prototype yang mendekati bentuk akhir, yang mana bisa membuat kita terpaku pada prototype pertama dan tidak terdorong untuk melakukan iterasi signifikan. Namun dengan prototype sederhana versi Design Thinking, kita jadi memiliki fleksibilitas untuk mengubah solusi berdasarkan pembelajaran yang didapat. Lantas kita merasa lebih leluasa untuk tetap bereksperimen dengan ide-ide baru di iterasi berikutnya.

Jadi, kenapa harus pakai Design Thinking? Karena mekanisme dalam setiap tahapan Design Thinking terancang untuk sebisa mungkin memaksimalkan potensi setiap orang yang terlibat menjadi innovator yang kreatif.


Recent Posts

See All
bottom of page