top of page
  • Writer's pictureCIAS

Contoh Aplikasi Design Thinking di Industri Manufaktur

Updated: Dec 7, 2021

Pada artikel ini, mari membahas contoh aplikasi Design Thinking dalam dunia manufaktur. Sejak kita memasuki era industri 4.0, kita melihat banyak perusahaan manufaktur mulai memenuhi pabrik mereka dengan software canggih sebagai bagian dari upaya transformasi digital mereka. Harapannya adalah bahwa software tersebut dapat secara signifikan meningkatkan produktivitas, namun masih banyak sekali kasus di mana peningkatan yang diraih tidak sebanding dengan investasinya. Selain itu, seringkali perangkat digital yang dipasang bukannya mempermudah pekerjaan operator, tetapi malah menambah dan memperumit pekerjaan mereka yang sudah sangat padat.

industrial-looking for the solution with Design Thinking.jpg

Akibatnya tingkat user engagement atau seberapa operator sebagai user berinteraksi dengan perangkatnya dan memanfaatkannya menjadi rendah, lantas peningkatan performa yang diharapkan tidak terjadi. Hal ini sering terjadi di dunia manufaktur karena keseringan perangkat yang dipasang tidak dirancang dengan fokus pada user, melainkan fokusnya lebih berat pada teknologi. Oleh karena itu, Design Thinking saat ini banyak digunakan oleh perusahaan manufatur untuk membuat perangkat-perangkat digital di pabriknya lebih ramah atau engaging bagi operator sebagai user utamanya.


Ada contoh kasus dari sebuah konsultan penyedia solusi manufaktur, Cyzag. Klien Cyzag, yang merupakan perusahaan manufaktur, meminta Cyzag untuk meningkatkan user engagement untuk perangkat OEE-nya yang sangat rendah. Bagi yang tidak familiar, OEE adalah singkatan dari Operational Equipment Effectiveness, dan pada dasarnya OEE adalah istilah pengukuran yang mendeskripsikan seberapa suatu mesin produktif sesuai kapasitas maksimumnya, dan OEE ini sifatnya fluktuatif bisa berubah setiap saat tergantung kondisi lini produksi. Sedangkan yang disebut perangkat OEE adalah perangkat digital yang secara real-time mengukur dan menunjukan OEE dari suatu mesin agar operator mampu melakukan intervensi bila OEEnya tidak setinggi standar produktivitas.



Bila user engagement rendah, artinya operator kurang memanfaatkan hasil pengukuran perangkatnya sehingga produktivitas mesin-mesinnya kurang terjaga dengan optimal. Dalam tahap empathize, tim Cyzag mewawancara banyak operator kliennya untuk memahami isu-isu spesifik yang dialami saat menggunakan perangkat OEE yang dimaksud. Hasil wawancaranya secara jelas menunjukan bahwa secara fungsional kapabilitas perangkatnya tinggi, tapi sangat sangat suilt digunakan. Beberapa batu sandungan yang ditemukan adalah: data yang dihasilkan sangat sulit dipahami, harus menggunakan perangkat lain untuk mengumpulkan datanya, dan perangkatnya tidak disesuaikan dengan konteks proses manufaktur setempat.


Menggunakan perspektif operator, tim Cyzag mendefinisikan konsep perangkat baru yang ingin dikembangkan, yakni perangkatnya harus mudah dipahami operator secara naluriah tanpa harus melalui pelatihan, cukup menggunakan satu perangkat saja dengan semua datanya terkumpul di satu tempat, dan menggunakan format pelaporan data yang mirip dengan apa yang operator sudah biasa gunakan sebelumnya. Saat menguji cobakan prototype mereka, operator membutuhkan sekitar 10 menit untuk membiasakan diri dengan perangkatnya, namun akhirnya perangkat tersebut berhasil memicu para operator untuk mendiskusikan penurunan OEE yang terlihat.



Operator merasa terbantu dengan visualisasi data yang dihasilkan dan mulai merasakan manfaat sebuah perangkat OEE. Setelah perangkat barunya diimplementasi, user engagement naik 6 kali lipat dan rata-rata tingkat OEE juga meningkat, artinya pabrik menjadi lebih produktif dan efisien. Hal ini dikarenakan perangkat tersebut berhasil mempermudah operator untuk mencegah dan menyelesaikan permasalahan produksi dengan lebih cepat dan efektif. Selain itu, perangkat ini juga berdampak positif terhadap budaya kerja para operator, di mana mereka menjadi lebih bertanggung jawab dan otonom dalam menyelesaikan permasalahan dan menjaga kelancaran produksi.


Kesusksesan Cyzag ini menunjukan pentingnya menggunakan Design Thinking untuk memastikan bahwa pembaharuan teknologi atau proses kerja yang kita lakukan bukan sekadar canggih, tetapi juga dimanfaatkan secara optimal karena terbukti mampu membantu user atau karyawan terkait bekerja dengan lebih efisien dan efektif.




Recent Posts

See All
bottom of page